Sejarah Kecamatan Panggul
Sejarah Kecamatan Panggul
Kecamatan Panggul merupakan salah satu kecamatan tertua di Kabupaten Trenggalek yang terletak di ujung barat daya. Secara geografis, Panggul berbatasan langsung dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur bagian barat) dan Samudera Hindia di bagian selatan. Nama Panggul sendiri diyakini memiliki makna yang erat dengan sejarah masyarakat lokal yang hidup di wilayah pesisir dan perbukitan.
Asal Usul Nama Panggul
Menurut kisah tutur yang berkembang, nama Panggul berasal dari kata “Panggulan”, yaitu sebuah istilah Jawa yang berarti memikul atau menanggung beban. Konon, pada masa lampau, wilayah ini menjadi jalur penghubung penting antara daerah pesisir dengan wilayah pedalaman Trenggalek dan Pacitan. Para penduduk yang beraktivitas di sini sering memanggul hasil bumi, hasil hutan, dan ikan laut untuk dibawa ke pasar di pusat kabupaten atau daerah sekitarnya.
Seiring waktu, istilah Panggulan kemudian disingkat menjadi Panggul sebagai sebutan resmi wilayah administratif.
Masa Awal Pemerintahan
Pada zaman kolonial Hindia Belanda, Panggul sudah dikenal sebagai salah satu daerah pesisir yang cukup ramai, karena memiliki jalur pelayaran kecil dan kebun rakyat di perbukitan. Penduduk Panggul kala itu hidup dari pertanian padi ladang, palawija, kelapa, cengkeh, serta hasil laut.
Secara administratif, pada masa pemerintahan Belanda, wilayah ini termasuk bagian dari Kawedanan Dongko (sub-kawedanan). Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, sistem kawedanan dihapus, dan Panggul diresmikan sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Trenggalek pada sekitar awal tahun 1950-an.
Perkembangan Infrastruktur
Seiring berkembangnya pemerintahan daerah, Kecamatan Panggul mulai dilengkapi kantor camat permanen, balai desa, puskesmas, sekolah dasar negeri, dan jalan penghubung antardesa. Pada tahun 1970–1980-an, pembangunan jalan lintas selatan (JLS) memperkuat konektivitas Panggul dengan Pacitan dan Munjungan.
Wilayah Panggul juga sempat dikenal sebagai jalur masuk utama bagi nelayan tradisional dari pesisir selatan, berkat keberadaan beberapa dermaga perahu kecil di pesisir Konang dan Pelang.
Era Modern
Memasuki era reformasi, Panggul berkembang semakin pesat. Pemerintah Kabupaten Trenggalek menjadikan Panggul sebagai pusat pelayanan wilayah barat, dengan penempatan RSUD Panggul yang diresmikan pada tahun 2015. Kehadiran RSUD ini menjadi tonggak penting bagi pelayanan kesehatan masyarakat pesisir barat Trenggalek.
Selain itu, layanan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN), penguatan sistem administrasi kependudukan, dan pembangunan jalur Lintas Selatan (JLS) yang terkoneksi dengan Pacitan menambah peran strategis Panggul.
Kehidupan Sosial & Budaya
Masyarakat Panggul dikenal dengan budaya gotong royong yang kuat. Tradisi nelayan, upacara sedekah laut, slametan desa, hingga kesenian jaranan dan wayang kulit masih lestari. Desa-desa di Panggul juga terus mengembangkan potensi wisata berbasis alam dan budaya untuk mendukung ekonomi masyarakat.
Panggul Saat Ini
Kini Kecamatan Panggul terdiri dari 17 desa, dengan aktivitas ekonomi utama di bidang pertanian, perkebunan kelapa, perikanan laut, perdagangan hasil bumi, serta pariwisata pesisir dan alam. Wilayahnya mencakup pantai-pantai terkenal seperti Pantai Pelang, Pantai Konang, serta destinasi alam seperti Gunung Wijil, Lembah Watu Pawon, dan kawasan hutan rakyat.
Panggul terus tumbuh sebagai pusat penggerak ekonomi barat daya Kabupaten Trenggalek, sekaligus jalur strategis penghubung Jawa Timur bagian selatan.